Aku percaya sinarnya biru Meski ia bagai kerlip kecil ditengah deru angin … Pada ketika jarak hanya menyisakan redup Aku yakin kau seterang matahari …
Minggu, 27 April 2008
Orang seperti apa saya....?
Orang seperti apa kita bergantung pada bagaimana kita menjalani hidup, terutama saat badai datang. Dan saya berulang kali gagal bersikap, yang menunjukkan ‘siapa saya’ ketika suatu badai datang. Seringkali emosi lebih menguasai saya sehingga saya berperilaku di luar yang biasanya. Seringkali saya kehilangan kendali atas sikap saya. Emosi bahkan sanggup mengubah saya menjadi orang yang saya tidak inginkan. Membuat saya sanggup mengeluarkan kata-kata yang tidak pernah saya ucapkan sebelumnya.
Pernah, di satu gelombang badai, saya bertindak di luar kebiasaan saya sebagai pelampiasan emosi. Kejadian itu melukai saya, sangat dalam. Dan tanpa saya sadari, juga melukai orang-orang di sekitar saya. Tapi saya sudah tidak memandang hal itu lagi. Emosi menggelapkan pandangan saya sehingga saya hanya melihat diri saya sendiri sebagai korban. Banyak dalih saya gunakan sebagai pembenaran atas kelakuan saya (dan sepertinya, butuh lebih banyak lagi). Saya merasa bahwa orang lain-lah yang mengakibatkan saya seperti itu. Bahwa saya hanya bereaksi atas aksi yang diberikan kepada saya (tapi saya kadang bingung, yang mana disebut ‘aksi’ dan yang mana ‘reaksi’). Saya terlalu gampang terluka. Dan lucunya, saya terlalu cepat menyadarinya dan kadang saya merasa bersalah karena hal tersebut.
Dari semuanya, saya kembali menyadari satu hal. Bahwa apapun yang kita lempar tidak akan mungkin bisa kita tarik kembali. Tapi saya bukan orang yang selalu menyesali apa yang sudah terjadi. Bahkan untuk tindakan yang tidak terpikirkan. Bagi saya, apa yang saya lakukan sebelumnya, baik yang terencana maupun tidak, selalu ada kondisi yang menyebabkan hal itu terjadi. Jika pun waktu berulang, dengan kondisi yang sama, saya pun tidak akan mampu mencegah tindakan saya yang sama berulang. Semua ada resikonya. Saya jadi ingat lirik : You pray for rain but you don’t want it from the storm. You find a rose and cut your finger on the thorn. Just go and cry coz everybody cries.
Tetapi dalam keadaan seperti itu, seberapa menyesal pun saya, maaf adalah sesuatu yang tidak mungkin. Saya terlalu angkuh untuk itu. Setidaknya untuk saat ini.
Saya sanggup mencari lebih banyak pembenaran lagi untuk menghindari hal tersebut.
Sepertinya sudah kelihatan, orang seperti apa saya.
Tamalanrea, 26 April 08.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar